“Komunikasi Bisnis
Antar budaya dalam Era Globalisasi” :
Dalam
dasawarsa tahun 1990-an, dunia tengah memasuki periode kemakmuran ekonomi atau
yang sering disebut boom economi. Globalisasi telah menjadi konsep fenomenal
dalam diskursus pemikiran dewasa ini. Kekuatan-kekuatan ekonomi dunia melanda,
melintasi batas Negara, menghasilkan demokrasi yang lebih besar, kebebasan yang
lebih besar, peluang, dan tantangan yang lebih besar, dan kemakmuran yang lebih
besar pula. Oleh karenya, dalam era globalisasi, interaksi antarnegara akan
semakin dipengaruhi oleh factor ekonomi, globalisai dipresepsi sebagai dunia
tanpa batas. Pada pola ini diasumsikan kesalingtergantungan antarnegara semakin
nyata dan menguat. Akibatnya, hubungan dagang tidak lagi mengenal batas-batas geografis
dan kedaulatan Negara. Didalam ekonomi global, pertimbangan ekonomi hampir
selalu melebihi pertimbangan politis. Pada era ini, berbagai produk industry
yang masuk pasar global dipatok dengan standar internasional. Kita tidak cukup
hanya mengandalkan produk yang kompetitif, harga yang bersaing, iklan dan
promosi yang menggebu-gebu, tetapi kita juga dituntut untuk memiliki keahlian
dalam mengamati karakteristik pasar dan kemampuan persuasi pemasaran/negosiasi
bisnis lewat ancangan komunikasi antarbudaya. Trend globalisasi perdangan
dewasa ini telah menjadi arus besar yang tidak dapat dielakan. Keikutsertaan
Indonesia tersebut merupakan langkah antisipatif yang strategis. Dalam kancah
persainagn tersebut, kita dapat menguji sejauh mana kemajuan, kemadirian dan
daya kompetitif bangsa kita dalam arena internasional. Ekonomi Indonesia harus
menghasilkan produk barang dan jasa yang mampu bersaing karena mutu, harga, dan
pelayanan. Disamping itu, tentu saja memiliki kemampuan memasarkannya secara
global. Michael Porter, menurutnya bangsa yang kompetitif adalah bangsa yang
memiliki komitmen dan sikap kritis terhadap mutu, penguasaan teknologi,
intensifikasi penelitian, dan pengembangan yang berorientasi pasar, serta
keterampilan dalam melakukan pemasaran negosiasi bisnis yang mendunia. Di
Indonesia bidang komunikasi yang mencakup komunikasi pemasaran, periklanan,
negosiasi, public realtions, dan komunikasi bisnis antabudaya, terlihat masih
terpinggirkan. Padahal, untuk membentuk pebisnis-pebisnis lintas budaya (internasional),
kemampuan berkomunikasi mutlak diperlukan. Dalam konstelasi persaingan ekonomi
global, kemampuan kita memasarkan barang tidak cukup hanya mengandalakan naluri
“berjualan”, tapi perlu dibentuk budaya bisnis professional yang mencakup komiten
mutu, etos kerja, kompetisi, orientasi pasar, sikap kreatif dan inovatif, serta
kemampuan komunikasi bisnis antarbudaya. Persektif komunikasi antabudaya, John
W. Gold (1989), pakar komunikasi bisnis University of Southern California,
sebagian besar kemampuan penertasi pasar luar negeri (internasional) oleh
Negara-negara maju dipengaruhi secara signifikan oleh pemahaman pebisnis mereka
terhadap budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar