Minggu, 15 Juni 2014

komunikasi bisnis antar budaya



“Komunikasi Bisnis Antar budaya dalam Era Globalisasi” :
Dalam dasawarsa tahun 1990-an, dunia tengah memasuki periode kemakmuran ekonomi atau yang sering disebut boom economi. Globalisasi telah menjadi konsep fenomenal dalam diskursus pemikiran dewasa ini. Kekuatan-kekuatan ekonomi dunia melanda, melintasi batas Negara, menghasilkan demokrasi yang lebih besar, kebebasan yang lebih besar, peluang, dan tantangan yang lebih besar, dan kemakmuran yang lebih besar pula. Oleh karenya, dalam era globalisasi, interaksi antarnegara akan semakin dipengaruhi oleh factor ekonomi, globalisai dipresepsi sebagai dunia tanpa batas. Pada pola ini diasumsikan kesalingtergantungan antarnegara semakin nyata dan menguat. Akibatnya, hubungan dagang tidak lagi mengenal batas-batas geografis dan kedaulatan Negara. Didalam ekonomi global, pertimbangan ekonomi hampir selalu melebihi pertimbangan politis. Pada era ini, berbagai produk industry yang masuk pasar global dipatok dengan standar internasional. Kita tidak cukup hanya mengandalkan produk yang kompetitif, harga yang bersaing, iklan dan promosi yang menggebu-gebu, tetapi kita juga dituntut untuk memiliki keahlian dalam mengamati karakteristik pasar dan kemampuan persuasi pemasaran/negosiasi bisnis lewat ancangan komunikasi antarbudaya. Trend globalisasi perdangan dewasa ini telah menjadi arus besar yang tidak dapat dielakan. Keikutsertaan Indonesia tersebut merupakan langkah antisipatif yang strategis. Dalam kancah persainagn tersebut, kita dapat menguji sejauh mana kemajuan, kemadirian dan daya kompetitif bangsa kita dalam arena internasional. Ekonomi Indonesia harus menghasilkan produk barang dan jasa yang mampu bersaing karena mutu, harga, dan pelayanan. Disamping itu, tentu saja memiliki kemampuan memasarkannya secara global. Michael Porter, menurutnya bangsa yang kompetitif adalah bangsa yang memiliki komitmen dan sikap kritis terhadap mutu, penguasaan teknologi, intensifikasi penelitian, dan pengembangan yang berorientasi pasar, serta keterampilan dalam melakukan pemasaran negosiasi bisnis yang mendunia. Di Indonesia bidang komunikasi yang mencakup komunikasi pemasaran, periklanan, negosiasi, public realtions, dan komunikasi bisnis antabudaya, terlihat masih terpinggirkan. Padahal, untuk membentuk pebisnis-pebisnis lintas budaya (internasional), kemampuan berkomunikasi mutlak diperlukan. Dalam konstelasi persaingan ekonomi global, kemampuan kita memasarkan barang tidak cukup hanya mengandalakan naluri “berjualan”, tapi perlu dibentuk budaya bisnis professional yang mencakup komiten mutu, etos kerja, kompetisi, orientasi pasar, sikap kreatif dan inovatif, serta kemampuan komunikasi bisnis antarbudaya. Persektif komunikasi antabudaya, John W. Gold (1989), pakar komunikasi bisnis University of Southern California, sebagian besar kemampuan penertasi pasar luar negeri (internasional) oleh Negara-negara maju dipengaruhi secara signifikan oleh pemahaman pebisnis mereka terhadap budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar